Idul Adha; Berkurban Untuk Seorang atau Sekeluarga?
Oleh :
Muhammad Farid Abdillah
Muhammad Farid Abdillah

Idul Adha adalah salah satu hari besar bagi umat Islam di seluruh dunia. Idul Adha atau yang sering disebut dengan Idul Qurban memang merupakan hari raya bagi umat Islam setelah berlalunya hari raya Idul Fitri. Sehingga euforia menyambut datangnya hari raya Idul Adha sudah terdengar berminggu-minggu sebelum datangnya hari raya ini.
Tidak jauh berbeda dengan hari raya Idul Fitri, hari raya Idul Adha juga memiliki tradisi takbiran di malam sebelum sholat id, sholat id di pagi hari raya, dan tradisi hari raya umat Islam pada umumnya. Namun, ada satu hal yang membedakan Idul Adha dengan Idul Fitri. Yakni adanya perintah berkurban bagi orang-orang yang mampu. Perintah yang melandasi hal ini tentu saja yang sudah sering kita dengar, surat Al-Kautsar ayat 2 :
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ ٢
Artinya: “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.”
Berkurban yang dimaksud di sini adalah menyembelih unta, kambing, sapi, atau lembu. Biasanya pelaksanaan penyembelihan hewan kurban dilaksanakan setelah sholat Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah. Namun, sebagaimana pemahaman kita bahwa penyembelihan ini masih dapat dilaksanakan hingga hari Tasyrik atau tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah.
Lebih lanjut membahas tentang adanya perbedaan pendapat, menurut hemat penulis, segala aspek kehidupan akan selalu memiliki titik perbedaan di mata semua orang. Tidak dapat dipungkiri hal ini juga terjadi dalam pelaksanaan hari raya kurban. Perdebatan yang sering terjadi ini adalah perdebatan mengenai apakah seekor kambing itu untuk satu orang atau satu kepala keluarga, yang tentu saja hal ini berdampak kepada hewan kurban yang lain, yakni sapi, unta, ataupun lembu yang notabene jumlahnya lebih banyak, yaitu 7 orang atau 7 kepala keluarga.
Jika direntet ke belakang tentu saja kedua pendapat ini memiliki dasar landasan berpendapat sendiri-sendiri. Entah yang mengatakan satu ekor hewan untuk satu orang maupun satu ekor hewan untuk satu kepala keluarga. Sehingga tidak sepantasnya jika kedua pendapat ini saling menjatuhkan dan menyalahkan satu sama lain.
Pendapat yang menyatakan bahwa qurban hanya untuk satu orang yaitu:
“Kami menyembelih hewan pada saat Hudaibiyyah bersama Rasulullah SAW. Satu ekor badanah (unta) untuk tujuh orang dan satu ekor sapi untuk tujuh orang.” (HR. Muslim, Abu Daud, Tirmidzi)
Sedangkan, yang menyatakan bahwa qurban boleh untuk satu keluarga adalah:
“Pada masa Rasulullah SAW ada seseorang (suami) menyembelih seekor kambing sebagai qurban bagi dirinya dan keluarganya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah)
Terlepas dari perbincangan hangat mengenai apakah seekor hewan kurban itu untuk satu orang atau satu kepala keluarga, poin terpenting yang dapat diambil di sini adalah bagaimana agar dengan adanya hari raya Idul Adha rasa kekeluargaan dari setiap muslim akan semakin erat. Karena jika yang terjadi adalah perdebatan terus-menerus antara dua pemahaman yang berbeda, maka sampai kapanpun persaudaraan umat Islam hanya akan menjadi sebuah wacana tanpa ada tindakan konkritnya.
Mengetahui ada perbedaan seperti ini. Lalu mana yang kita ambil pendapatnya ? apakah yang mengatakan hanya untuk satu orang, atau yang mengatakan untuk satu keluarga? Keadaan yang paling umum terjadi ketika ada pertanyaan seperti ini adalah adanya unsur paksaan dalam memberikan pemahaman kepada orang lain. Yakni dengan cara mengatakan bahwa pendapatnya lah yang paling benar. Namun, menghadapi keadaan seperti ini, penulis lebih realistis. Yakni dengan cara pilihlah pendapat yang menurut anda paling pasdi hati, tanpa ada unsur paksaan atau apapun dari pihak lain.
Setelah membicarakan tentang berbagai hal yang mengitari perbedaan pendapat di atas,pertanyaan selanjutnya pasti lah bagaimana kita menyikapi adanya perbedaan tersebut. Daripada saling menjatuhkan dan saling menyalahkan, lebih baik kita mengambil jalan tengah. Yakni jawaban yang tak jauh berbeda dengan pertanyaan pendapat mana yang kita ambil. Yaitu ambil pendapat yang menurut kita meyakinkan dan menyemangati diri dalam berkurban. Serta tak perlu saling menyalahkan dan menjatuhkan orang lain.
“Sebenarnya tidak ada di musuh di dunia ini, yang ada hanyalah Saudara yang berbeda pendapat. Lagu kita tetap sama INDOONESIA RAYA”
SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1437 H.
Reaksi: |
0 komentar:
Posting Komentar