Pengikut

CSSMoRA

CSSMoRA merupakan singkatan dari Community of Santri Scholars of Ministry of Religious Affairs, yang berarti Komunitas Santri Penerima Beasiswa Kementrian Agama

SARASEHAN

Sarasehan adalah program kerja yang berfungsi sebagai ajang silaturahimi antara anggota aktif dan anggota pasif CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Pesantren

Para santri yang menerima beasiswa ini dikuliahkan hingga lulus untuk nantinya diwajibkan kembali lagi mengabdi ke Pondok Pesantren asal selama minimal tiga tahun.

Minggu, 29 Januari 2017

LIST PESERTA LCSN (LOMBA CERPEN SANTRI NASIONAL) CSSMoRA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA



Berikut list terbaru Lomba Cerpen Santri Nasional Cssmora Uin Sunan Kalijaga. Terakhir terdapat 112 naskah dari peserta. Apabila ada peserta yang merasa belum tercantum di list harap segera menghubungi panitia maksimal pukul 23.59 malam ini. Jadi mohon kerjasamanya ya :)

1. 12 Menit untuk Pesantren_Firman Dhani Yoes_Pondok Pesantren As'ad Kota Jambi
2. 30 Juz Untukmu Kasihku¬_Jihan Alifia_Pondok Pesantren Salafiyah Putri al-Ishlahiyah Malang
3. 1001 Kisah dibalik Ma’had_St. Rabiatul Adewiyah_Pondok Pesantren DDI Mangkoso Sulawesi Selatan
4. Ada Apa dengan Aku, Dia dan Bola Basket_Ahmad Razief al-Zidane_Pondok Pesantren Thawalib Parabek Bukit Tinggi
5. Air Mata yang Berarti_Alfira Kusuma Dewi_Pondok Pesantren al-Jauhar Yogyakarta
6. Aku Bukan Dajjal_ Diah Nanda F_ Pondok Pesantren al-Jauhar Yogyakarta
7. Aku Hidup Mencari Kehidupan_ Noorazana Siti Maryam_ Pondok Pesantren al-Jauhar Yogyakarta
8. Akhir Sebuah Keputusan_Syifa’ Insani_Pondok Pesantren al-Qalam MAN 3 Malang
9. Ala Santri_Tsamratul Fuadah_Pondok Pesantren DDI Mangkoso Sulawesi Selatan
10. Alhamdulillah Sesuai!_Linawati Arilia_Universitas Negeri Surabaya/Pondok Pesantren Mahasiswa Jagad Alimussirry
11. Ambil Air Wudhu_ Alif Nur Hidayat_Pondok Pesantren Nida al-Ummah Yogyakarta
12. Apakah Ini C.I.N.T.A_Fikri Qurrata A’yunin_Pondok Pesantren Thawalib Parabek
13. Ayahku Fanatik_Eli Aini Fitria_SMA al-Yasini
14. Bayangan Mimpi Hitamku_Putri Karisya Rizkita_Pondok Pesantren SMP Tazkiya IIBS Malang
15. Belajar Catur_Ulfa Sundari_Pondok Pesantren Babussalam Jambi
16. Berubah Lalu Menghilang_Falaahul Hamdi_Pondok Pesantren Thawalib Parabek
17. Blue_Suci Salmiyatun_Pondok Pesantren Miftakhurasyidin
18. Cahaya Hidayah Agra Van Andalas_Tika_Pondok Pesantren al-Hidayah Kawali
19. Cahaya I’tiraf-Mu, Rabbi_Lu’lu’il Maknun_Pondok Pesantren Ali Maksum Yogyakarta
20. Catatan Seorang Santri_Wardatul Farida_SMA al-Yasini
21. Catatan Seorang Santri: Pesantren Mahasiswa_Akbar Rizki Utomo_Pondok Pesantren Mahasiswa al-Hikmah Malang
22. Cerita Persahabatan 4 remaja di Pondok Pesantren_Ahmadi_Podok Pesantren As’ad Jambi
23. Cina dan Pesantren_Aprillia Maya Puspita_PP. Darul Ulum Jombang
24. Cinta di Atas Cahaya_Nurul Isnaini Khasanah_Pondok Pesantren al-Jauhar_Yogyakarta
25. Cinta dibalik Meja Kelas_Muhammad Sirojuddin Munir_Pondok Pesantren Uteran Madiun
26. Cinta Santri Sajadah_Karin Dwi Rahmadhani_Pesantren Sumatera Thawalib Parabek Bukittinggi
27. Dalam Bingkai Pengabdian_Istaqim Lailal Maghfirah_Pondok Pesantren Wahid Hasyim_Yogyakarta
28. Damai Realita_Anisatul Ngazizah_Pondok Pesantren Miftakhurrosyidin
29. Daun_Ummu Maghfiroh_Pondok Modern Darussalam Gontor Putri Kampus 2_Jawa Timur
30. Di sini...Lebih Mengenal, Lebih Mencintai, Bahkan Merindukan_Luluk Muzayyanah_Pondok Pesantren al-Muayyad_Surakarta
31. Dokter Nahwu dari Tanah Bugis_Hardiyanti Kamaluddin_Pondok Pesantren DDI Mangkoso
32. Duh...GUSti_Tsalisun Nisa_Pondok Pesantren Nurul Ummah Putri_Lampung
33. Fajar Merekah di Bumi Cendrawasih_Binti Uswatun Khasanah_PonPes Darussalam Kampung Aimasi Distrik Prafi Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat
34. Gembalakan Aku, Bah_WemonaLailiDianasari_Pondok Pesantren Anwaarul Hidayah_Banymas
35. Goes to Canada_Dina Rizki Ambarwati_Pondok Pesantren al-Qur’an Wal Hadits
36. Gudang Itu Berisi Kitab-kitab_M. Nurul Chaqim_Pondok Pesantren al-Islami al-Salafi al-Husna
37. Hafidzallah_Winda Asnita Usman_Pondok Pesantren DDI Mangkoso
38. Hampir Tertipu Senyum Manis_Abdullah Majmul Anam_Pondok Pesantren al-Mas’udiyyah Jambon_Semarang
39. Hasil Akhir_Fahimatul Husna Tsalitsa_Pondok Pesantren Ali Maksum_Yogyakarta
40. Hati yang Kutitipkan_Muhamad Pramesta Jalasena Salim_Ma’had al-Qalam MA Negeri 3 Malang
41. Hembusan Angin Dakwah Sahabatku_Yardan Khalil Fadhilzain_SMP Tazkiya IIBS Malang
42. Hikmah di Ambang Musibah_Nurul Izzah_Pondok Pesantren As'ad Kota Jambi
43. Hitam_Safa Tasha Nabila_Pondok Pesantren Thawalib Parabek
44. Ingatlah Guru Alif Ba’ Ta’ Mu’_Faiz Nur Musyafa’_Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek Malang
45. Ini Ceritaku, Mana Ceritamu_Aisa Agustina_Pondok Pesantren AL-Fatah 
46. Isy Kariman Aw Mut Syahidan_Dean Faqih_Pondok Pesantren Nurul Ummah Yogyakarta
47. Jas Putih Gadjah Mada_Muhammad Romadhon_Pondok Pesantren Badridduja_Probolinggo
48. Jejak Tak Bertepi_Sintia Dewi Nur Ajizah_Pondok Pesantren Mahasiswa Asma Amanina Yogyakarta
49. Jilbabku Mengudara di Pesantren_Intan Liana_Ponpes al-Fattah Surakarta
50. Kang Akbar_Ubaidillah_Pondok Pesantren Membaus Sholihin
51. Kebahagiaan yang dirundung Kesedihan_Muhammad Arju Shidqal Yaqin_Pondok esantren Yanbu’ul qur’an Menawan
52. Kehidupan Santri Tak Selurus Rotan Isappa_Iid Fitrur Rahmat_Pondok Pesantren As’ad Jambi
53. Ketika Hamba-Mu Jatuh Cinta_Lina Dwi Puryanti_Pondok Pesantren al-Qur’an al-Amin Pabuaran Purwokerto Utara
54. Ketika Tuhan Berkehendak_Amrina Rosyada_Pondok Pesantren Darul Hikam
55. Kring Ketring_Nifira Arsyida R_Pondok Pesantren Fathul Huda Purwokerto
56. Kyai Kuning di Panti Kuning_Ardelia Bertha Prastika_Al-Multazam Mojokerto
57. Layang-Layang Asa_Amalia Rizky Firlana_PPTQ al-Hidayah Tulungagung
58. Lelaki Beraroma Embun_Abdul Warits_Pondok Pesantren an-Nuqayah Madura
59. Lentera di Tanah Maron_Ika Kurnia Putri_Pondok Pesantren al-Jauhar
60. Lentera Tuhan_Royyanal Ilah_Pondok Pesantren Manarul Huda Kudus
61. Makna Hasbunallah Wa ni’mal Wakil_M.Rega Sumitro_Pondok Pesantren As’ad Jambi
62. Memanjat Berkah_Fadila Fathul Haq_Pondok Pesantren DDI Mangkoso
63. Memetik Impian di Gedung Putih_Muhammad Ubay Dillah_Pondok Pesantren Badridduja Kraksaan Probolinggo
64. Mengaji Beres, Kampus Sukses_Nur Arifah_Pondok Pesantren Nurul Ummah Putri
65. Mengejar Cinta Surga_Filda Riskiyah_SMA al-Yasini
66. Menitik Jejak Arloji_Muhammad Muhsin_Pondok Pesantren al-Jauhar
67. Meraih Cinta di atas Sajadah_M. Hidayatur Rohman_Pondok Pesantren an-Nuqayyah Madura
68. Meraih Mimpi di Penjara Suci_Muhammad Zainon Naim_Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak
69. Merindu Penjara Suciku_Hana’ Sausan Jupriyanto_SMPIT Asy-Syifa Boarding School Subang
70. Mestinya Aku Tak Egois_Aziz As-Syah_Pondok Pesantren an-Nuqayyah Madura
71. Misteri Sang Kyai_Ratu Ilyani_Pesantren Sumatera Thawalib Parabek Bukittinggi
72. Nasib Bangsa_Zulpasmi_Pondok Pesantren As’ad Jambi
73. Nuansa Penjara Suci_Zuhrotul Atiqah_PPMAC al-Azhar kota Banjar
74. Only Time_Durrotun Nafi’ah_Pondok Pesantren al-Jauhar
75. Pantang Boyong Sebelum Memboyong Santri Putri_Nila Kafidatur Rofiah_Pondok Pesantren Darul Falah BE Songo
76. Pengalaman Rio yang Tak Terlupakan_M. Solihin_Pondok Pesantren As-Salafy Putra-Putri al-Asrar
77. Pengejar Perbatasan_Zahra Raudhatil Jannati_Pesantren Sumatera Thawalib Parabek-Bukittinggi
78. Pengorbanan Dalam Mencari Ilmu_Ahmad Najib_Pondok Pesantren Mansajul Ulum
79. Perjalanan Dalam Meraih Kesuksesan Besar_Lutfah Aisyah Amini_Pondok Pesantren Amanah Muhammadiyah Tasikmalaya
80. Perjalanan_M. Afifah_Pondok Pesantren an-Nuqayyah Madura
81. Pesilat Bercadar_Ummi Fitri Fatonah_Pondok Pesantren al-Falah Abdurohim_Jawa Timur
82. Pondok Baruku_Syauqi Muhammad Sya’roni_Pondok Pesantren Cipasung
83. Pondok Pesantren Abak_Naila Husnaini_MAS KMI Diniyyah Puteri Padang Panjang
84. Puisi Kayu_Singgih Hamdani Ma’ruf_Pondok Pesantren al-Fatah Komplek Nurul Qur’an
85. Purnama Mbah Kakung_Qurrata Ayunina Nahdati_Pondok Pesantren Bahrul Ulum Jombang
86. Saat Malaikat Mengunjungimu_Naily Anisatus Sholihah_Yayasan al-Ma’had an-Nur
87. Sabar_Mariya Ulfah_Pondok Pesantren DDI Mangkoso
88. Sang Sains Berjiwa al-Qur’an_Ahmad Samih Yafi_Pondok Pesantren Daarut Ta’lim an-Nawawi
89. Santri Dua Pondok_Alwi Ahmad Sulthon_Pondok Pesantren Darul Qur’an dan Bina Insani
90. Santri Perdana_Reni Sukma Ningrum_Pondok Pesantren HQ al-Asrar Semarang
91. Sarung si Ali_Uswatul Wadhichatis Saniyyah_Pondok Pesantren al-Jami’ah Walisongo
92. Sarung Tangan Merah_Nisa Adillah Qurrota A’Yuni_Pondok Pesantren al-Jauhar
93. Sayang Karena Allah_Durratu Fakhria_Pesantren Sumatra Thawalib Parabek Bukit Tinggi
94. Sebuah Pilihan_Ahmad Faidillah_Pondok Pesantren an-Nuqayah Madura
95. Seindah Hiasan Mushaf_Vikram Hendra Ag_Pondok Pesantren As’ad Jambi
96. Selepas Berakhirnya Senja_Sindhi Fitria_Pondok Pesantren al-Ihsan Baron
97. Semua akan Indah Pada Waktunya_Salafiatul Hanifah_Pondok Pesantren al-Jauhar
98. Senja yang Bertasbih_Mas’udah_Pondok Pesantren Baitul Hikmah Yogyakarta
99. Sesaat_WidadAlfina_PONPES.Al-Hikmah_Purwoasri_Kediri
100. Sisi Lain Pesantren_Nur Azka Inayatussahara_Pondok Pesantren Baitul Hikmah Yogyakarta
101. Surat Kecil dari Sahabat_Abdullah Said_Pondok Pesantren al-Ishlah Sendangagung
102. Syahadat Santri Murtad_Miftahul Faizah_Pondok Pesantren al-Hikmah 1 Brebes
103. Syahdu Merdu ar-Rahman_Nafla Firda Rilovi_Pondok Pesantren Darul Hikam
104. Syaikh Salim_Salsabila as-Shofa Unnisa_Pondok Pesantren Fathul Huda
105. Takdirku_Sofi Ayu Lestari_Pondok Pesantren Badridduja
106. Tempat Terhebat_Nurhidayah Rahman_Pondok Pesantren DDI Mangkoso
107. Terimakasih Penjara Suci_Billawal Khusairi_Pondok Pesantren Badridduja
108. Tetesan Sari Madu al-Qur’an_M. Fatih Rif’at Basya_Pondok Pesantren al-Luqmaniyah
109. The Family That Never Be Broken_Tatiana Zhia Sarin_Pondok Pesantren al-Ishlah Sendangagung
110. The True Love as Only to Allah_Dina Siti Nurhasanah_Pondok Pesantren ar-Raudloh
111. Timbangan Air_Akhmad Suwistyo_Pondok Pesantren SumatraThawalib Parabek
112. Uniknya Kisah Cinta Anak Pesantren_Fatimah Khairunnisa_Pondok Pesantren DDI Mangkoso

NB : Jangan lupa juga buat seluruh Peserta agar melengkapi segera persyaratan yang ada!

Jumat, 06 Januari 2017

Melihat Kembali CSSMoRA Kita



Melihat Kembali CSSMoRA Kita
Oleh: Luqman Hakim
Ketua CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga

 
Mengutip pernyataan Dr. Fahruddin Faiz dalam ngaji filsafatnya mengatakan kemajuan peradaban Barat yang langgeng dan kokoh ini salah satunya tradisi mereka yang terbuka, peradaban Barat sangat mengedepankan keterbukaan. Selain apresiasi atas gagasan dan keberhasilan, mereka juga menerapkan tradisi self-critic yang tujuannya tentu untuk memperkuat gagasan dan mewaspadai kelengahan atas keberhasilan yang telah dicapainya.
Pada kesempatan tahun baru ini saya ingin menerapkan tradisi self-critic itu pada CSSMoRA dan entitas-entitas didalamnya. Setiap manusia sudah barang tentu selalu belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, di tahun yang masih baru ini saya kira teman-teman memiliki resolusi-resolusi yang disemogakan tercapai di tahun ini. resolusi ini dibuat dengan landasan kontemplasi atas ketidak berhasilan solusi yang telah ditempuh. Menyoal CSSMoRA baik secara organisasi maupun dari sisi komunitas saya rasa perlu mencangkan resolusi-resolusi kreatif untuk tujuan kemajuan organisasi ataupun pribadi anggota-anggotanya.
Disini saya hanya mengorek satu semester terakhir yakni dimulai dari sekitar bulan september hingga Desember 2016. Semester ganjil ini merupakan setengah periode kepengurusan baru yang kebetulan dipimpin saya sendiri.
Raport Pengurus CSSMoRA
Self-kritic ini saya mulai dari lingkungan pengurus CSSMoRA yang nantinya tentu memerlukan masukan-masukan untuk resolusi kedepan. Sejauh kira-kira empat bulan berjalan, kepengurusan baru CSSMoRA tidak mengalami banyak gejolak ataupun clash yang mengkhawatirkan. Permasalahan tak jauh dari sebelum-sebelumnya dan cenderung klasik, seperti keterlambatan program, laporan, dan sejenisnya yang bagi saya merupakan persoalan klasik hampir setiap organisasi kemahasiswaan, meskipun tidak boleh dibiarkan apalagi dikatakan wajar.
Menilik kegiatan dan program kerja yang dicanangkan, selama setengah periode ini dapat saya katakan raport baik dalam hal realisasi program kerja. Mulai dari kegiatan Pentas Silaturrahmi (PENSIL), pelatihan jurnalistik, futsal angkatan, simaan akbar, bakti sosial yang kali ini dalam bentuk penggalangan dana untuk korban gempa Pidie Jaya Aceh, hingga rihlah alamiyah terlaksana dengan baik. Tak berbeda jauh dengan program kerja rutinan seperti pengabdian pesantren, bincang jurnalistik, simaan al-Quran, diskusi angkatan, sampai maintenance media maupun jualan dari PSDE, Alhamdulillah berjalan dengan baik.
Satu program yang belum terlaksana adalah Sarasehan CSSMoRA, kegiatan ini merupakan program baru dalam rangka respon terhadap eksistensi alumni sebagai pelindung atau sesepuh organisasi, sekaligus sebagai bentuk usaha merajut kembali ikatan kekeluargaan dengan alumni. Sarasehan ini sedianya dilaksanakan pada 18 Desember 2016 namun harus ditunda beberapa waktu. Perlu diketahui memang ada sedikit kesulitan untuk melaksanakan program ini, salah satunya koordinasi dengan teman-teman alumni yang masih berdomisili di Yogyakarta juga mengingat Sarasehan yang merupakan program baru membutuhkan banyak polesan untuk kematangan konsep dan persiapan acara.
Menyoal Partisipasi Anggota Aktif CSSMoRA
Seperti halnya internal pengurus, anggota aktif CSSMoRA tidak mengalami fluktasi yang besar dalam hal partisipasi terhadap program yang dilaksanakan. Kebanyakan cenderung normal untuk tidak mengatakan stagnan, dinamika-dinamika yang terjadi masih sebatas personal-individual dan belum merasuk ke ranah yang lebih luas, misal angkatan atau komunitas ini. Saya perlu mengapresiasi teman-teman yang berhasil tampil di pentas akademik dan pengembangan bakat diri khususnya di bidang tulis menulis. Selain itu beberapa teman juga sudah mulai merambah ke dunia organisasi baik intra, ekstra, ataupun komunitas. Saya sangat berharap dua elemen ini –akademik dan organisasi, mampu membawa warna baru dalam perkembangan CSSMoRA lebih lanjut. Mungkin kita perlu berkaca dari CSSMoRA UIN Bandung yang mempunyai program ‘penyebaran kader’ yang mana anggota aktif dimasukkan ke organisasi baik pengembangan minat bakat ataupun leadership, anggota dituntut untuk belajar banyak hal diluar CSSMoRA dan mengimplementasikanya untuk pengembangan CSSMoRA. Apakah kita perlu untuk mencanagkan hal semacam ini?
Seperti yang telah dijabarkan diatas, persoalan-persoalan yang kita hadapi adalah klasik. Namun yang klasik ini justru tidak mudah untuk diselesaikan dan apalagi dilupakan pelan-pelan dengan menganggapnya hal biasa, melupakan problem klasik ini bagi saya seperti mendiamkan kaki yang tertusuk duri, yang pada titik tertentu harus benar-benar diseriusi atau bahkan mengharuskan diamputasi. Persoalan kita masih saja berkutat pada kekurang tertarikan anggota untuk pro-aktif berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan CSSMoRA. Sejak ‘diamputasinya’ dana organisasi dari PD Pontren oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada medio 2012 lalu keaktifan ber-CSSMoRA anggotanya sendiri seperti diamputasi juga, asumsi ini saya dapat dari senior-senior karena saya sendiri belum ‘lahir’ pada tahun itu. Pertanyaan besar yang muncul kemudian yakni, apakah sesederhana ini latar belakang problem organisasi yang telah begitu mengakar?
Sedikit penawaran
Sebuah organisasi, komunitas atau apalah menyebutnya memang tidak akan jauh dari persoalan loyalitas dan militansi. Begitu pula di CSSMoRA kita ini, jika saya boleh membuat tipologi mahasiswa dalam frame ketertarikan dan partisipasi dalam kegiatan ekstra kampus (organisasi) maka kira-kira seperti ini; pertama, mereka yang benar-benar apatis dengan organisasi dan seolah tak mau berpartisipasi selain sekedar menunaikan kewajiban (jika ada kewajiban). Kedua, orang-orang yang merasa kurang terfasilitasi dengan adanya sebuah organisasi, mereka merasa kurang cocok dengan kegiatan-kegiatan yang diprogramkan, namun mereka memiliki orientasi lain (yang tidak mau diganggu) di luar organisasi, semisal akademik, tahfidz, entrepreuner atau yang lainya. Ketiga, kelompok ini adalah yang sangat sulit dijelaskan, mereka seperti seorang disorientedyangtidak memiliki ketertarikan apapun entah di organisasi ini sendiri, akademik, atau pengembangan lain, atau mereka memendam dalam-dalam orientasi sesungguhnya yang ingin mereka capai –semoga yang tepat adalah kalimat yang terakhir tadi. Keempat, mereka yang benar-benar ingin mengembangkan dirinya diorganisasi atau bahkan ingin mengembangkan organisasi ini melalui dirinya, andil tenaganya, dan saya rasa yang terakhir ini merupakan mayoritas teman-teman CSSMoRA.
Jika dikerucutkan ke CSSMoRA kita ada sebuah kekhawatiran mungkin kelompok-kelompok kecil inilah yang membuat mayoritas menjadi terseret kedalam pusaran kecil itu tadi, mengutip kata Cak Nun dalam bukunya Markesot Bertutur mengatakan ‘kemalasan seseorang dalam suatu kelompok akan menular ke person-person lain’ atau kata Anies Baswedan –ini tidak ada kaitanya sama sekali dengan Pilkada, kerena diucapkanya jauh sebelum itu. Mantan Rektor Universitas Paramadina itu berkata kira-kira seperti ini, ‘Di Indonesia ini bukan orang jahat yang banyak, tapi banyak orang baik yang diam dan mendiamkan masalah’.
Dari pemaparan diatas, saya ingin mengajak teman-teman semua ikut aktif, ambil peran dalam CSSMoRA. Saya sering sampaikan dalam berbagai forum bahwa kita di organisasi ini kalau boleh saya katakan ‘terjebak’, kita masuk melalui beasiswa PBSB dan dituntut aktif di CSSMoRA, dan organisasi ini hanya dapat dijalankan oleh ‘orang-orang terjebak itu. Maka dari itu dalam keterjebakan ini lakukanlah yang terbaik, lakukanlah yang bermanfaat untuk kita sendiri, orang lain, dan tentunya CSSMoRA kita ini. Seperti bijak Jawa berkata ‘jika ujung sarung yang kamu pakai sudah terlanjur basah maka sekalianlah mandi, bersihkan diri’ atau sabda Nabi SAW Khairun naas anfauhum linnas. Berikanlah yang terbaik untuk CSSMoRA kita! kami tunggu partisipasimu! Salam loyalitas tanpa batas.
-Tulisan ini meupakan usaha introspeksi sekaligus resolusi saya sebagai ketua CSSMoRA dalam mengarungi sekira setengah sisa periode kepengurusan saya dan taman-teman. Saya menunggu dan menyambut baik kritik-saran atau aspirasi dari teman-teman sekalian. Silahkan sampaikan kritik-saran maupun aspirasi ke nomor 081226353029, melalui email atau bisa ngobrol langsung.

Senin, 02 Januari 2017

Akal pun Tidak Jomblo



Akal pun Tidak Jomblo
Oleh: Annas Rolli Muchlisin
 CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga



Dalam al-Dzariyat [52]: 49, Allah berfirman yang artinya “dan setiap sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah)”. Secara jelas ayat tersebut menegaskan bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki pasangan – sebagai konsekuensi yang tunggal hanya Allah (tauhid). Makanya buat para jomblo nih, gak usah ngenes-ngenes banget, yakin sudah ada pasangan terbaik untukmu, cieee. Tulisan ini tidak akan membahas hiburan buat para jomblo seperti itu, tetapi kita akan membahas hal yang lebih substansial.
Contoh sederhana dari penjelasan ayat di atas adalah bahwa setiap anggota tubuh kita memiliki pasangan. Ada dua mata untuk menatap kehidupan, dua telinga untuk mendengar melodi suara, dua tangan untuk melakukan aktivitas, dan dua kaki untuk menjajaki bumi Allah. Tetapi pernahkah kita berfikir apa pasangan dari akal kita? Apakah akal kita jomblo? Hihi
Allah membekali kita akal untuk berpikir. Kekuatan akal terletak pada kemampuan analitisnya. Kita mampu melihat ketepatan atau kecacatan dari suatu ungkapan dengan potensi akal. Ya, akal yang terlatih membuat kita mampu melontarkan berbagai macam kritik terhadap pendapat yang kita anggap kurang tepat dari seseorang. Tetapi sekali lagi, apakah akal kita jomblo?
Saya rasa tidak. Akal harus memiliki pasangan yang dapat melengkapinya. Dalam tradisi pemikiran Islam, akal harus dilengkapi oleh wahyu. Bagaimana mungkin kita dapat mengenal Tuhan hanya dengan mengandalkan akal dan menegasikan wahyu? Tetapi kali ini saya mencoba melihat dari sisi lain, yaitu dari sisi “kepemilikan kita”. Kita memiliki akal tetapi tidak memiliki wahyu. Meskipun wahyu kepada Nabi telah tertulis dalam lembaran al-Qur’an dan hadis, tetapi pemahaman kita terhadapnya tidaklah berdasarkan bimbingan wahyu. Nah, lagi-lagi apakah akal kita jomblo?
Tentu tidak. Allah membekali kita hati yang dapat menjadi alat kontrol bagi akal. Dengan kemampuan akal, kita bisa saja mengkritik semua orang yang berbeda pendapat dengan kita. Kita bisa saja menyalahkan orang lain dengan argumentasi-argumentasi kita yang kuat. Tetapi hati berbisik: “sampaikanlah kritikanmu dengan sopan, jangan menyalah-nyalahkan apalagi membenci”. Saya sering membaca kritikan sebagian orang-orang pintar baik terhadap habib Rezieq maupun kiai Said Aqil, dalam beberapa pandangan saya setuju dengan kritikan mereka, tetapi cara penyampaian mereka terkesan menghakimi. Akhirnya sebagian pengikut yang terhakimi membalas dengan tuduhan serupa, dan begitu seterusnya. Akhirnya ribut lagi, saling cakar berebut benar.
Disinilah kita harus mengaktifkan hati dalam mengontrol akal. Keduanya adalah pasangan. Apabila para filosof mengatakan manusia adalah makhluk berfikir (hayawān nāṭiq), maka saya akan mengatakan bahwa manusia adalah makhluk berfikir dan berhati.
Mampukah kita melihat cahaya secara lebih utuh hanya dengan menggunakan satu mata?

Minggu, 01 Januari 2017

Selamat(kan) Tahun Baru



Selamat(kan) Tahun Baru
Oleh: M. Basyir Faiz Maimun Sholeh*
CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga

Hari ini (1/1), orang-orang di seantero nusantara merayakan tahun baru 2017 masehi. Kebetulan tahun baru kali ini bertepatan dengan hari ahad. Jadi, andaipun bukan masa liburan sekolah ataupun tanggal merah, hari ini tetap saja merupakan hari libur.
            Sebelumnya saya ingin meminta maaf kepada orang-orang yang telah banyak membaca karya saya dan terlanjur menikmatinya. Karena dalam tulisan ini saya menggunakan bahasa yang jauh berbeda dari biasanya. Ada beberapa alasan yang membuat saya harus meninggalkan gaya penulisan itu dalam menyusun beberapa paparan ini.
            Mungkin ada beberapa orang yang mengira saya sombong setelah membaca paragraf di atas. Namun sungguh, saya sama sekali tidak bermaksud demikian. Dan pastinya, usai mencerna habis tulisan ini, banyak yang menilai bahwa saya hanya ber-curhat. Maaf, saya hanya merasa terlalu hina untuk memberikan contoh berupa kisah orang-orang lain seolah-olah saya benar-benar mengerti apa yang mereka rasakan.
***
31 Desember 2015, saya merayakan tahun baru di depan Ambarukmo Plaza. Malam itu, bersama teman-teman saya membenamkan diri dalam ramainya makhluk-makhluk berakal yang sedang menanti datangnya tanggal setelahnya. Ada yang bergerombol, ada yang berdua, dan ada juga yang hanya sendiri saja.
            Saya duduk di trotoar. Beberapa teman saya duduk di samping saya, sedangkan sebagian yang lain sibuk dengan hp mereka, mengambil potret kejadian yang, menurut mereka, sakral tersebut. Terlihat kembang api beterbangan di mana-mana. Para polisi berdiri di beberapa titik. Saya tidak tahu apakah mereka sedang berjaga atau malah mengikuti perayaan, dan saya tidak peduli. Saya hanya menantikan hitungan mundur menuju tanggal 1 bulan 1 tahun 2016.
            Sayangnya, hitungan mundur tersebut hanya muncul di pikiran saya, tidak pada kerumunan di depan mata. Yang saya lihat waktu itu hanyalah orang-orang yang sibuk dengan kembang api dan kamera hp. Saya bahkan tak dapat menangkap perpindahan antara detik terakhir 2015 dan titik pertama 2016.
            Begitu sadar bahwa garis itu telah terlewati, saya pulang bersama sebagian teman saya.
***
31 desember 2014, rabu malam kamis, saya berada di kantor OSIM bersama Daniyal, teman sekelas saya, dan Ishom, adik kelas saya. Kami menyusun koran satu halaman dengan header “Spesial Awal Tahun” berisikan prestasi-prestasi yang diraih oleh MA Nurul Jadid sepanjang tahun 2014.
            Malam itu begitu ramai, karena para santri sedang merayakan pergantian tahun meski dengan segala keterbatasan. Sedangkan kami tidak peduli lantaran disibukkan oleh berbagai ketidaklengkapan. Data dan cerita yang kami miliki benar-benar berantakan. Tapi dengan penuh tanggung jawab kami susun serpihan-serpihan itu agar bisa menjadi selembar kertas yang pantas untuk dipublikasikan.
            Adzan subuh berkumandang, kami baru selesai memampang koran. Semalaman begadang kami tak bisa langsung terlelap tenang. Karena kami harus mengikuti pembacaan Al-Ikhlas 1000 kali yang notabene merupakan rutinitas tahunan di pesantren kami dibesarkan.
            Setelah kegiatan itu selesai, mata saya menutup kedua katupnya.
***
Demikian dua kisah perayaan tahun baru yang dijalani oleh orang yang sama, yakni saya. Hahah. Selisih satu tahun saja perayaannya sudah jauh berbeda. Semua pasti berubah. Dalam bahasa Aristoteles, semua pasti bergerak. Pertanyaannya kemudian, kalian lebih suka yang mana?
            Selain waktu, tempat juga sangat berpengaruh. Lokasi yang berbeda menghadirkan kesempatan yang tak sama. Ini pun masih dalam satu orang. Bagaimana jika orangnya berbeda? Bukankah akan semakin berbeda?
            Intinya, setiap orang memiliki caranya masing-masing dalam merayakan tahun baru. Tentu ini sudah dimengerti oleh seluruh pembaca tulisan ini, meski memang mungkin hanya sedikit yang menyadarinya. Pertanyaan pentingnya adalah, mengapa kalian masih merendahkan cara orang lain menjalankan perayaannya?
***
            Ada banyak pandangan manusia tentang datangnya tahun baru. Tokoh agama biasa menganggapnya sebagai waktu untuk muhasabah. Sedangkan media seringkali memanfaatkannya dengan mengajak para pemirsa untuk mengungkapkan harapan di tahun yang akan datang.
            Apapun pandangan mereka, tahun baru tetaplah tahun baru. Datangnya menandakan bahwa bumi telah genap satu kali mengelilingi matahari. Sementara dalam perputaran itu banyak hal telah manusia lakukan di muka bumi.
            Orang-orang sering menghitung, apa saja yang telah dan belum mereka capai. Lalu mereka menargetkan hal-hal yang belum dicapai agar dapat diraih di tahun selanjutnya. Namun, yang hingga kini saya pertanyakan, pernahkah orang-orang tersebut memikirkan, apakah cara yang telah mereka lakukan itu benar atau salah?
***
Dalam acara Sarah Sechan di awal tahun 2014, Sujiwo Tejo mengatakan bahwa harapan hanya dimiliki oleh orang-orang rendahan. Karena mereka yang telah banyak memakan asam dan garamnya hidup takkan terlalu berani berharap. “Gol itu urusannya Manchester United,” imbuhnya kala itu.
            Ternyata, saya masih termasuk orang rendahan. Karena ada satu harapan yang masih saya simpan. Harapan biasa saja yang anak SMP pun memilikinya. Harapan yang kalau didengar oleh orang-orang pintar, kebanyakan dari mereka akan berkata “lebay”. Yaitu: membahagiakan orang tua untuk terakhir kalinya.
            Sebagai insan yang sangat lebih percaya pada insting daripada logika, saya sering berfirasat buruk bahwa hidup saya tak lama lagi berakhir. Sedangkan seumur hidup saya sangat sering mengecewakan kedua orang yang telah menjadi perantara kelahiran saya. Maka meski hanya sekali, saya ingin membuat mereka bangga, sehingga saya siap mati kapan saja.
            Bagi saya, membahagiakan mereka itu sangat sulit. Menjadi seorang hafiz, memahami seluruh ilmu yang diajarkan, dan menguasai dua bahasa dengan sempurna, ketiganya secara bersamaan, bagi orang lemah seperti saya, hal itu sangatlah gila. Mengejar salah satunya saja saya sudah berdarah-darah, mungkin kalau dua saya harus bertulang-tulang, dan jika tiga saya harus bernyawa-nyawa.
            Tapi, itu tak bisa dijadikan alasan. Selama saya memiliki kesempatan untuk berusaha, mungkin hal itu bisa dicapai. Apalagi saya memiliki guru-guru yang ikhlas mengajar saya, teman-teman yang ikhlas membantu saya, dan diri sendiri yang ikhlas menyiksa saya.
            Berhubung tulisan ini diunggah di media, apa harapan kalian tahun ini? Kepada siapa kalian mempersembahkannya? Bagaimana kalian mencapainya? Dan yang paling penting, tahukah kalian apa yang sebenarnya kalian kejar? Ketenangan, ketenaran, atau sensasi semata? Hahah.
***
Satu hal yang hampir selalu terlupakan dalam muhasabah ialah bahwa manusia terus berkembang, dan seiring dengan perkembangan itu masalah yang dihadapi berkembang pula. Manusia akan selalu menghadapi permasalahan yang belum pernah mereka alami. Dengan itulah manusia selalu berkembang.
            Jadi, datangnya tahun baru menandakan akan datangnya masalah-masalah baru. Saya baru menyadari ini pada awal tahun 2016. Tepatnya, ketika saya secara tidak sadar merasa sombong bahwa segalanya bisa dicapai asalkan saya berusaha, lalu kemudian pada waktu itu saya tidak boleh berusaha.
            Wahai pembaca yang budiman, kalian semua pasti tahu bahwa manusia akan selalu melakukan kesalahan. Ketika orang lain melakukan kesalahan, seringkali kalian dirugikan. Tetapi ketika orang lain melakukan kebenaran, tak jarang kalian juga akan dirugikan. Lalu bagaimana kalian membedakan antara keduanya?
            Maka pada tahun baru ini, percayalah bahwa kalian akan bertemu banyak masalah dan kerugian. Namun kalian adalah orang-orang kuat yang dapat menghadapi semuanya, bukan menghindarinya. Selamatkan tahun 2017 dengan melakukan apapun yang menurut kalian benar. Jujur saja, hingga saat ini, kebenaran masihlah merupakan hal yang relatif.
***
Terima kasih banyak kepada para pembaca yang telah membaca uraian ke barat ke timur di atas. Meski tak seindah Happy Wednesday-nya Azrul Ananda ataupun sedramatis Catatan Henrikh Mkhitaryan, namun dengan perasaan yang saya letakkan (bukan bawa) pesan ini mungkin akan sampai pada hati kalian. Saya sadar, kebanyakan dari kalian pasti hanya menganggap ini sebagai omong kosong dengan berbagai penyebab yang saya sendiri tidak tahu.
            Apa itu tahun baru? Apa hikmah di baliknya? Bagaimana harus menjalaninya? Bagaimana cara menikmatinya? Sungguh Allah SWT maha mengetahui atas segala kebenaran.

*Alumni MA Nurul Jadid lulusan tahun 2015.