Pengikut

CSSMoRA

CSSMoRA merupakan singkatan dari Community of Santri Scholars of Ministry of Religious Affairs, yang berarti Komunitas Santri Penerima Beasiswa Kementrian Agama

SARASEHAN

Sarasehan adalah program kerja yang berfungsi sebagai ajang silaturahimi antara anggota aktif dan anggota pasif CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Pesantren

Para santri yang menerima beasiswa ini dikuliahkan hingga lulus untuk nantinya diwajibkan kembali lagi mengabdi ke Pondok Pesantren asal selama minimal tiga tahun.

Selasa, 31 Oktober 2017

Ikuti Event Santri Writer Summit 2017, Delegasi CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga Berhasil Raih Prestasi

Yogyakarta, www.Slot Online Sering Kasih Jackpot Maxwin RTP 97% – CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga kembali menorehkan sejarah di dunia literasi. Pada kesempatan kali ini, CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga kembali berbangga dengan terpilihnya Annas Rolli Muclisin sebagai juara 1 dan Muhammad Rafi sebagai juara 3 essai terbaik pada Konferensi Literasi Santri Nasional: Santri Writer Summit 2017 yang dilaksanakan pada 27-29 Oktober 2017 lalu di Universitas Indonesia, Depok. Event ini diselenggarakan oleh @santrinulis bekerja sama dengan Direktorat PD Pontren Kemenag RI. Selain Annas dan Rafi, ada tiga anggota lainnya yang juga ikut serta dalam konferensi tersebut. Mereka adalah: Alif Jabal Kurdi, Muhammad Alan Juhri, dan Yeni Angelia.

Ketika ditanya mengenai kendala dalam penulisan essainya, Alif menjawab bahwa ia tidak mempunyai kendala yang berarti. Ia juga mengaku terkesan tidak begitu serius dalam penulisannya karena essai yang ditulisnya adalah hasil kompilasi makalah semester satu dulu. Jawaban serupa namun tak sama juga datang dari Rafi. Ia mengaku tidak tahu-menahu mengenai event ini. “Pada awalnya saya sama sekali tidak mengetahui ada event ini, tetapi ketika malam terakhir pengumpulan naskah, teman-teman di kamar semuanya sedang mengerjakan. Akhirnya saya tertarik dan mulai menulis malam itu juga”.

Kelima anggota CSSMoRA UIN Suka ini memiliki kendala masing-masing yang tampak surprise bagi mereka sendiri. Yeni bahkan tidak pernah menyangka kalau essainya akan diterima dalam event yang baru pertama kali diadakan di Indonesia ini. Niat awalnya menulis essai tersebut semata-mata ingin bertemu dengan Habiburrahman El Shirazy saja, seorang novelis yang turut hadir sebagai pembicara bersama Asma Nadia, Ibrahim Malik, Prie GS, Saiful Falah (founder @santrinulis), dan Abdul Wahab. “Awal nulis essai itu karena lihat pembicaranya ada Kang Abik. Saya pribadi sangat mengagumi karya-karya beliau. Jadi waktu pengumumannya keluar saya merasa sedikit kecewa juga, saya pikir ini karena niat awal yang keliru. Tapi qadarullah, malam itu saya mendapat telepon dari panitia dan mengatakan bahwa essai saya lolos. Rasanya… tidak bisa digambarkan.” Tutur gadis berdarah minang tersebut.

Annas, selaku peraih juara pertama essai terbaik pun merasa sangat senang. Pasalnya ia tidak menyangka mampu mencapai sebuah pencapaian yang luar biasa tersebut. “Senang banget pastinya, karena semenjak menjadi ketua CSSMoRA Nasional saya sudah sangat jarang menulis. Terus sekali nulis lagi, Alhamdulillah diterima dan menjadi juara itu pastinya senang banget kan. Saya tidak memikirkan hadiahnya berupa tiket ke Singapura, bisa lolos event ini pun saya sudah bersyukur. Karena dari 357 essai yang masuk hanya 50 essai terbaik yang diterima.” Jelasnya.

Ketika ditanya mengenai motivasi yang mendorong mereka ikut serta dalam konferensi tersebut jawabannya berbeda-beda. Namun ada satu yang menarik, kelimanya sepakat bahwa selain menjadikannya sebagai pengalaman, mengikuti event ini juga untuk terus mengembangkan diri melalui literasi. Karena dengan setitik tinta mampu membangun dan mengubah peradaban.

Terakhir, kelima anggota CSSMoRA UIN Suka ini menyampaikan pesan kepada seluruh anggota CSSMoRA UIN Suka lainnya untuk terus menulis. “Menulis! Menulis! Dan menulis! Saatnya kita take action bukan hanya teori semata”. Alif dan Alan menambahkan dengan sebuah kutipan dari salah satu pembicara, “Apapun passionmu jika kamu ingin sukses maka kamu harus menjadi singa ketika siang hari –tangguh dalam menerjang proses- dan jadilah rahib saat malam hari –bersimpuh dan bertaqarrub pada Sang Ilahi-.” Ibrahim Malik.

“Semangat nulis aja, biar bisa jalan-jalan gratis.” Imbuh Alan dengan nada jenaka.


Jadi, bagaimana? Sudahkah kita menulis hari ini?

Minggu, 29 Oktober 2017

Simaan Rutinan dan Peresmian Kantor Sekretariat CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga

YOGYAKARTA - Pagi ini (28/10), CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga kembali menyelenggarakan simaan rutinan. Kegiatan yang diikuti oleh mahasiswa PBSB UIN Sunan Kalijaga ini merupakan kegiatan yang diadakan secara rutin setiap bulan. Simaan bulan ini diadakan di Pendopo LSQ ar-Rohmah. Simaan kali ini juga bertepatan dengan peresmian Kantor Sekretariat CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga yang bertempat di LSQ ar-Rohmah .
Acara simaan dimulai pada pukul 09.50 WIB. Partisipannya terbagi menjadi lima kelompok yang masing-masing mendapat bagian membaca al-Qur’an sebanyak dua juz. Kemudian dilanjutkan dengan sholat dzuhur berjamaah, pembacaan sholawat Nabi, tahlilan,dan doa takhtim al-Quran  .
Mela (panggilan akrab Melati Ismaila Rafi’i), Ketua CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga  memberikan sambutan sebelum meresmikan Kantor Sekretariat CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga. Dalam sambutannya, ia mempersilahkan para anggota CSSMoRA untuk berkunjung ke kantor sekretariat CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga. “Semoga dengan adanya kantor sekretariat baru ini bisa menambah semangat teman-teman dalam berCSSMoRA, sehingga kedepannya CSSMoRA menjadi lebih baik”, ujarnya dengan senyum hangat.
Sebelum prosesi pemotongan tumpeng, terlebih dahulu doa dibacakan oleh Muhammad Farid Abdillah.  “Semoga CSSMoRA menjadi organisasi yang bermanfaat, organisasi yang besar, dan juga berguna bagi nusa dan bangsa”, harapan Farid dalam doanya. Setelah itu Mela melakukan pemotongan tumpeng sebagai simbol diresmikannya kantor sekretariat CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga bersama dengan wakilnya, Sholahuddin Zamzabela.

Rangkaian acara ini berjalan dengan begitu lancar. Terakhir, seluruh partisipan menikmati tumpeng dan konsumsi yang telah disediakan bersama-sama. (Nil)

Menyuntik Kembali Semangat Muda-Mudi Bangsa

Oleh: Rania Nurul Rizqia*

Api semangat yang terasa pada 28 Oktober 1928 silam, nasionalisme yang begitu kuat, satu tetes keringat yang menggambarkan berjuta perjuangan, masih adakah pada diri pemuda pemudi bangsa? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu sejatinya memanglah harus selalu kita pertanyakan. Bukan hanya saat ini, atau hanya saat Indonesia memperingati sumpah pemuda saja, melainkan setiap bulan, hari, bahkan jam sekalipun demi menguatkan semangat persatuan dan perjuangan untuk bumi pertiwii.
            Jika kita melihat realitas yang ada, rasanya semangat para pemuda beberapa tahun silam itu telah lama memudar dari generasi muda bangsa. Memang masih ada banyak para pemuda yang tetap memiliki semangat itu di dalam dirinya. Mengukir berbagai prestasi hingga ke taraf Internasional sekalipun. Tapi sayangnya yang viral dan selalu muncul ke permukaan adalah para pemuda pemudi yang seakan lupa siapa dirinya, lupa bahwa kemerdekaan ini harus ia hiasi dengan prestasi dan karya, bukan dengan anarki, pergaulan bebas, ataupun radikalisme yang nantinya akan menjadi bibit-bibit memecah belah bangsa. 
Sikap Individualisme masyarakat saat ini sangatlah mengakar hingga sampai kepada generasi muda mudinya. Maka tak heran bullying hingga tawuran antar pelajar menjadi hal yang tak asing lagi di telinga masyarakat. Lalu sebetulnya apa penyebab semua ini? Apakah salah negara? Atau memang salah pribadi masing-masing pemuda pemudi di Indonesia? Tentu bukan. Menurut hemat penulis semua ini disebabkan oleh problem, dimana zaman semakin berkembang, keberagaman semakin menajam sedangkan jiwa nasionalis yang dibutuhkan sebagai benteng persatuan pemuda pemudi bangsa belumlah matang secara sempurna. Pemuda Indonesia disibukkan pada dunia pergaulan yang mementingkan gengsi dan arogansi.  Memang sebagian ada yang mampu melepas diri hingga akhirnya kembali menemukan arahnya kembali menjadi wujud semangat Indonesia, tetapi masih banyak sekali pemuda-pemudi yang tetap terkurung pada ruang lingkup arogansi tersebut, dimana pada akhirnya paham-paham yang sangat bertolak belakang dengan Pancasila mampu merasuk dan tumbuh subur disana.
Beruntunglah ada perhatian para akademisi sebagai wujud keprihatinan atas kondisi bangsa saat ini. Aksi kebangsaan melawan radikalisme telah diselenggarakan kemarin pada tanggal 25-26 Oktober yang bertempat di Nusa Dua Bali. Aksi tersebut dihadiri oleh 3.000 pimpinan perguruan tinggi dari berbagai penjuru Indonesia. Salah satu agenda dari kegiatan tersebut adalah rapat pleno yang menghasilkan materi kebangsaan yang utuh yang nantinya akan disosialisasikan ke setiap wilayah. Sebagai lanjutan dari kegiatan tersebut telah terselenggara kuliah akbar yang dihadiri oleh kurang lebih 4,5 juta mahasiswa se-Indonesia yang tersebar di 34 Provinsi, 350 kabupaten dan kota.

Salah satunya yakni kuliah akbar yang diselenggarakan di Stadion Mandala Krida Yogyakarta pada tanggal 28 Oktober. Seluruh perwakilan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi se-DI Yogyakarta berkumpul untuk mendeklarasikan bahwa mereka menolak intoleransi dan radikalisme. Kuliah tersebut juga dihadiri oleh Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, anggota Forkopimda DIY dan para pimpinan perguruan tinggi se DIY. Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan orasi di hadapan ribuan mahasiswa DI Yogyakarta.
Dalam orasinya ia berkata, “Sumpah Pemuda adalah ikrar para pemuda menyatakan satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa, Indonesia. Tetapi semangat yang dibangun dengan spirit proklamasi dan gagasan indah tentang masyarakat yang damai, adil dan makmur, kini terancam menuju titik api perseteruan yang merintihkan suara kepedihan.” Sederet kalimat ini sangatlah sarat akan makna juga menunjukkan betapa hausnya beliau melihat spirit proklamasi pada pemuda bangsa. Semoga kalimat demi kalimat yang ia sampaikan mampu menyuntik semangat pemuda agar berkobar kembali, berkarya mengabdi pada bangsa.
Aksi serupa juga dilaksanakan di Provinsi Lampung tepatnya di Lapangan Bola Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Bandarlampung Sabtu (28/10/2017).  Kegiatan tersebut dihadiri sekitar 20 ribu mahasiswa dari berbagai daerah Provinsi Lampung dan beberapa petinggi diantaranya hadir Kepala Inspektorat Provinsi Lampung M. Syaiful Dermawan,  Ketua DPRD, Danrem 043 Garuda Hitam, Danlanud Pangeran M Bun Yamin, para Rektor dan pimpinan Perguruan Tinggi Negeri dan swasta se-Lampung, unsur Forkopimda seluruh Provinsi Lampung, dan para tokoh perwakilan seluruh agama, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda. Deklarasi menolak radikalisme dibacakan Ketua Yayasan Pendidikan Teknokrat Dr. H. Mahathir Muhammad, SE., MM ini, tidak ditujukan kepada aliran atau kelompok tertentu. Ia menyatakan semua ini murni sebagai bentuk penolakan terhadap kelompok-kelompok  intoleran yang mengganggu kestabilan juga merusak kesatuan NKRI dan Pancasila.
Serangkain kegiatan yang dilaksanakan serentak di berbagai perguruan tinggi tersebut diharapkan dapat menggerus paham-paham radikalisme yang hadir di tengah masyarakat. Pemuda dijadikan tumpuan dan tonggak peradaban bangsa. Maka selayaknya pemuda harus menjaga nilai-nilai dan semangat nasionalisme persatuan yang telah dibangun 89 tahun silam. Berkarya bukan hanya untuk kelangsungan hidup tapi juga demi kemajuan bangsa dan Negara Indonesia. Pemuda harus mampu membawa angin segar peradaban baru, mengabdi dan melayani bangsa. Bukankah manusia terbaik adalah manusia yang mampu bermanfaat bagi orang lain? Bagi bangsa dan negara misalnya.


Sumber :
https://www.lampungekspres-plus.com/2017/10/28/sumpah-pemuda-perguruan-tinggi-di-lampung-tolak-radikalisme/

https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3704106/peringati-sumpah-pemuda-mahasiswa-yogya-tolak-radikalisme

*Kader SARUNG, CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga 2017

Minggu, 22 Oktober 2017

SEMARAK HARI SANTRI: KEBERSAMAAN CSSMORA YOGYAKARTA

YOGYAKARTA – CSSMoRA Yogyakarta yang terdiri dari CSSMoRA UIN SUKA dan CSSMoRA UGM ikut menyemarakkan Hari Santri Nasional (22/10/2017). “Sudah selayaknya kita merayakan hari kita,” ujar Mela selaku Ketua CSSMoRA UIN SUKA dalam sambutannya. Bertajukkan “Santri Mandiri, NKRI Hebat” acara ini dihelat di teatrikal FISHUM (Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum) UIN SUKA. Acara ini berjalan khidmat dengan bingkai kebersamaan.
Acara dibuka oleh Riri dan Andara, selaku MC yang bertugas. Sebelum kepada acara inti, acara dibuka dengan pembacaan kalam Ilahi dan beberapa sambutan. Yaitu sambutan dari ketua CSSMoRA UIN SUKA, CSSMoRA UGM, dan ketua CSSMoRA Nasional. Dilanjutkan dengan agenda pembacaan shalawat kepada Nabi dari kelompok hadrah.
Agenda pun berlanjut pada talkshow bersama duta santri putra dan duta santri putri 2016. Gelar duta santri tersebut disandang oleh Annas Rolli Muchlisin dan Elly Nuraeni. Bincang santai tersebut dipandu oleh Hijrauly Albebian dengan membahas makna santri dan hari santri. Ketika ditanya apa makna santri, Elly menjawab dengan apik bahwa “Santri itu adalah tabi’. Dan arti tabi’ adalah mutimmu ma sabaq. Orang yang menyempurnakan yang telah lalu, yaitu para kyai-nya.” Pertanyaan selanjutnya dari moderator adalah seperti apa seseorang yang disebut sebagai santri ideal. Jawaban Annas dan Elly hampir sama. Dapat disarikan bahwa santri ideal menurut Annas dan Elly adalah santri yang tetap memegang teguh ajaran lama dan membuka diri dengan mengambil hal positif terhadap perubahan. Menerima perubahan, namun tidak hanyut di dalamnya.
Agenda selanjutnya adalah bedah buku Santri Pejuang Mimpi. Masih bersama narasumber yang sama, Annas dan Elly. Di dalam buku ini, berisi 22 cerita inspirasi dari anggota CSSMoRA, baik yang masih aktif maupun dari alumni. Mengapa ada 22 cerita yang disuguhkan? “Karena dipersembahkan untuk Hari Santri yang jatuh pada 22 Oktober,” ujar Annas yang juga salah satu kontributor dalam buku kumpulan cerita tersebut. Dilanjutkan dengan pe-launching-an buku tersebut secara simbolis oleh Annas. Kali ini, Annas berperan sebagai ketua CSSMoRA Nasional. Dengan membaca basmalah dan shalawat, buku Santri Pejuang Mimpi resmi di-launching. Setelah itu, berlanjut kepada agenda penyerahan sertifikat kepada dua narasumber oleh perwakilan dari CSSMoRA UIN SUKA dan CSSMoRA UGM.
Sebagai akhir dari rentetan semarak ini, suguhan apik dari Sanggar Seni Rebung pun dipentaskan. Mengangkat tema “Santri dan Nasionalisme”, teater tersebut merupakan penampilan kedua mereka. Penampilan perdananya telah sukses dipentaskan pada acara Pensil lalu. Dengan tambahan member, teater kali ini dimeriahkan oleh wajah-wajah aktor dan aktris baru.
“Hari ini jangan hanya dijadikan euphoria semata,” tutup moderator pada acara talkshow yang dipandunya. Dan mengutip dari ketua CSSMoRA UIN SUKA, “Selamat Hari Santri. Semoga kita tidak hanya menjadi santri yang berprestasi, namun juga menginspirasi.”

(zp)

Indonesia Cinta Santri

Oleh: Febrian Chandra*

             Berbicara kemerdekaan Indonesia tentu tidak bisa terlepas hubungannya dengan santri. Diakui maupun tidak, santri merupakan salah satu komponen penting yang mempunyai andil besar dalam upaya perjuangan dan penjagaan kemerdakaan Indonesia. Bahkan, dapat dikatakan bahwa santri merupakan faktor utama penjaga kemerdekaan Indonesia selain TNI. Jika kemerdekaan Indonesia diperingati, maka tidak ada salahnya jika Hari Santri juga diadakan.
            Alasan yang mendasari pemilihan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri adalah karena persitiwa resolusi jihad yang dilakukan oleh para ulama dan kyai kepada seluruh umat Islam bahwa wajib membela kemerdekaan negara dengan memerangi penjajah yang ingin menguasai kembali Indonesia. Akhirnya terjadilah peristiwa pertempuran dahsyat di Surabaya pada tanggal 10 November 1945. Dan upaya ini membuahkan hasil dengan sempurna sehingga kemerdekaan berhasil dipertahankan.
            Melalui pidatonya di Masjid Istiqlal pada tanggal 22 Oktober 2015, Presiden Joko Widodo  dengan resmi menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Penetapan ini disambut antusias oleh mayoritas umat Islam, terlebih lagi para santriwan dan santriwati. Ini merupakan salah satu apresiasi pemerintah terhadap santri yang mengerahkan jiwa dan raganya demi kemerdekaan tanah air tercinta.
            Selain itu, eksistensi santri lebih hidup dan terlihat dengan ditetapkannya Hari Santri ini. Santri yang selama ini dianggap sebagai kelompok sarungan dan tradisionalis ternyata mempunyai peranan yang vital dalam sejarah Indonesia. Kemudian dengan ini diharapkan santri selalu meningkatkan dan memperbaiki prestasi dan kemampuannya. Sehingga ke depannya santri bisa unggul dan tidak tertinggal oleh zaman yang semakin modern ini.
            Bahkan Presiden Joko Widodo memiliki sebuah wacana untuk melantik seorang menteri yang mengurusi khusus di bidang santri dan pesantren. Dengan begitu santri bisa lebih mendapat perhatian dari pemerintah. Namun perlu pertimbangan yang banyak bagi sang presiden. Tapi pada dasarnya santri sudah lebih mendapatkan perhatian dari pemerintah dari pada sebelumnya. Sehingga bisa memudahkan santri dalam pengembangan keilmuan dan kemampuan yang pada akhirnya bisa berkarya untuk agama dan bangsa serta pengembangan dunia kepesantrenan sendiri yang semakin dinamis dalam mengikuti perkembangan zaman.

            Penetapan Hari Santri ini merupakan cerminan bahwa Indonesia mencintai dan menghargai peran santri dalam perjuangan demi kemerdekaan bumi pertiwi dari belenggu penjajah. Sudah sepatutnya sebagai seorang santri mempunyai kebanggaan sendiri dalam dirinya disebabkan membawa sebuah sebutan yang mulia yaitu santri. Sebutan sakral yang hanya ada di bumi pertiwi tercinta ini.


*Kader SARUNG

Kamis, 05 Oktober 2017

Dilema Barcelona

Dilema Barcelona
oleh : Agil Muhammad
Mahasiswa PBSB UIN Sunan Kalijaga 2015

Referendum Catalonia atau Catalunya, menjadi trending topik dunia saat ini, begitupun di Indonesia, meskipun belum bisa mengalahkan kisah kesaktian dan karomah Setya Novanto di dunia perpolitikan tanah air ini. Referendum ini merupakan peristiwa yang akan banyak berpengaruh pada dunia, dan tentunya juga dunia sepak bola.
Dimulai dari sinyal buruk demokrasi Spanyol, kestabilan Uni Eropa, hingga salah satu klub raksasa La Liga, FC Barcelona yang mulai terancam nasibnya. Klub yang telah meraih 24 gelar La Liga dan 5 gelar Liga Champions yang masih belum bisa menyamai rekor 7 gelar AC Milan yang dijuluki The Most Succesful Club in the World, dulu.
Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan oleh karena itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, mungkin itulah kira-kira kalimat yang terdapat pada pembukaan UUD 1945 kita. Ya, segala bangsa memang berhak merdeka, ingat, bangsa bukan suku.
Bangsa Catalan dengan daerah otonomnya yang bernama Catalonia memang sudah lama menginginkan kemerdekaan mereka dari Spanyol. Beberapa kali referendum dilaksanakan untuk kemerdekaan mereka, tetapi baru kali ini nampaknya referendum ini akan berhasil dengan 90 persen dari 2,26 juta warga Catalonia yang mencoblos memilik merdeka.
Keinginan Catalonia untuk merdeka menjadi semakin kuat sejak krisis ekonomi 2008 yang berimbas pada tingkat pengangguran yang tinggi, untung aja Indonesia meskipun banyak yang lebih suram hidupnya santai aja, dan pembatasan UU Konstitusi 2010 guna meningkatkan kedaulatan Madrid, serta nilai-nilai pribadi warga & budaya Catalan yang kuat.
Dulu, daerah Catalan memang berbeda dengan Spanyol. Penggabungan dua daerah ini ternyata ada hubungannya lho dengan Islam, jangan-jangan. Catatan sejarah menyatakan bahwa hubungan baik kedua bangsa ini berlangsung sejak awal abad ke-15, ketika Raja Ferdinand dari Aragon dan Ratu Isabella dari Kastilla menikah dan mempersatukan wilayah mereka. Dengan ini kita bisa belajar, ehm melepas kejombloan dan menyatukan cinta dapat memperkuat hubungan diplomasi antara orang tua dengan mertua hingga dua negara yang berbeda, anjayy.
Dengan bersatunya Raja dan Ratu ini, mereka akhirnya dapat mengusir serta mempermalukan penguasa, bukan khalifah, terakhir Bani Umayyah di Andalus yang telah bertahan berabad-abad yang bernama Abu Abdullah al-Ahmar pada tahun 1492 M. Saat meninggalkan istananya, Abu Abdullah menangis. Tentang ini ibunya berkomentar, “Kamu menangis seperti perempuan untuk sesuatu yang tak pernah kamu pertahankan selayaknya laki-laki”. Tetapi meskipun ini adalah kabar buruk bagi Islam, beberapa tahun sebelumnya Islam telah sukses menaklukkan Konstantinopel oleh Muhammad al-Fatih pada tahun 1453. Ga apa lah, hilang satu, dapat yang lain.
Catalan memiliki bahasa dan budaya yang berbeda dengan Spanyol yang menyebabkan bangsa ini ingin merdeka. Bandingkan dengan Bangsa Indonesia yang memiliki banyak suku, bangsa dan budaya tetapi tetap Bhinneka Tunggal Ika. Ketika bersatu kita menjadi suatu Bangsa Indonesia yang memiliki kultur dan kearifan lokalnya yang luar biasa. Ya, inilah yang menjadikan Indonesia negara maju, dan nggak usah dengerin orang yang bilang bahwa negara ini masih negara berkembang. Standar yang mereka gunakan emang nggak bakalan jadikan negara ini lebih maju dari mereka.
Kembali ke Catalonia, wilayah yang memiliki populasi 7,5 juta orang, hampir sama dengan massa monas 212, sangat penting bagi perekonomian Spanyol, menyumbang 19% PDB. Pada masa Fransisco Franco, tahun 1939, penggunaan bahasa Catalonia sempat dilarang oleh pemerintah. Inilah awal dari gerakan kemerdekaan Catalonia hingga sekarang masa puncaknya.
Dan untuk urusan sepakbola, dilema Barcelona akan cukup kompleks. Decul (fans Barca) akan ditertawakan para Dedemit (fans Madrid). Untuk masuk liga domestik, Catalonia hanya punya tiga klub yang dikenal, Barcelona, Espanyol & Girona, sedang lainnya hanya klub entah gimana kabarnya. Jika ingin membuat liga sendiri, mereka hanya akan membuat liga tarkam dan nggak bisa masuk Liga Champions, dan nyaingi gelar Milan hanya menjadi impiannya. Jika ikut ke Liga Spanyol, Barcelona seperti suami yang minta cerai pada istrinya tapi masih numpang ke mertua, suami macam apa itu. Dan jika ikut liga di negara lain seperti Prancis, Italia, atau Inggris, Barca akan mulai dari kasta terbawah dulu. Dan kabar gembira bagi fans klub lain bahwa Messi belum perpanjang kontrak dan berpeluang akan meninggalkan klub tarkan ini.
Saranku sih, mending Barcelona pindah ke liga 1 Gojek aja gantiin Persegres yang hampir pasti degradasi ini, sebagai arek Gresik asli, sedih banget sebenarnya. Atau kalo mau agak keren, merangkak dulu dari liga 2 Gojek kayak Persebaya saat ini, asal suppoternya tahu diri, nggak bakal terjadi acara seperti tawuran Bonek lawan PSHT kemarin, arek Bonek dilawan.
Atau saranku yang lain mending pindah ke Seria A aja, tahu kan di sana ada klub terhebat di dunia seperti Milan, Jupe, Iler, Nacoli, dan lain-lain. Mungkin dengan adanya Barcelona, kami nggak akan streaming lagi nonton liga terbaik ini. Dan TV lokal akan lebih peka pada kami yang hanya mengandalkan numpang wifi, atau kalo terpaksa banget ya kuota yang sangat kami cintai keberadaannya.





Senin, 02 Oktober 2017

Pelatihan Jurnalistik: Dari Bermimpi, Membangun Motivasi, Hingga Berkarya di Dunia Literasi

Yogyakarta, www.Slot Online Sering Kasih Jackpot Maxwin RTP 97%-­ CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga baru saja mengadakan agenda tahunan pada Minggu, 01 Oktober 2017 lalu. Kegiatan dengan nama Pelatihan Jurnalistik ini merupakan salah satu program kerja dari Departemen Jurnalistik yang diselenggarakan bersama dengan Kru Sarung. Para peserta yang hadir dalam kegiatan ini merupakan anggota CSSMoRA aktif angkatan 2017 (bersifat wajib) serta angkatan-angkatan selain 2017 yang bersifat sunnah, mulai dari angkatan 2016, 2015, 2014, hingga angkatan 2013. Meskipun acara tersebut hanya mengambil tempat di pendopo LSQ ar-Rahmah, namun para peserta tetap nyaman dan antusias pada penjelasan pemateri.
Acara yang mengangkat tema “Kala Pena Bercerita” tersebut diawali dengan serangkaian pembukaan dan sambutan-sambutan dari pengelola PBSB dan Ketua Umum CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga serta ketua panitia Pelatihan Jurnalistik. “Acara Pelatihan Jurnalistik ini diadakan untuk memfasilitasi teman-teman angkatan 2017 untuk mendalami kepenulisan, baik fiksi maupun non-fiksi.” Ujar Ketua Panitia Pelatihan Jurnalistik, Triyanti Nurkhikmah. Acara kemudian dibuka secara resmi oleh Ketua Umum CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga, Melati Isma’ila Rafi’i.
Selepas rangkaian acara pembukaan, kegiatan dilanjutkan dengan penyampaian materi mengenai kepenulisan fiksi yang disampaikan oleh Daruz Armedian, seorang mahasiswa Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga. Pemuda asli Tuban tersebut menyampaikan materi mengenai ke-sastra-an, yang mencakup cerpen dan puisi. Dalam penyampaian materinya tersebut, ia menekankan, untuk banyak membaca dan menulis minimal 200 kata per hari jika ingin menjadi penulis yang hebat. “Dan yang terpenting, jangan lupa untuk bermimpi. Setiap dari kalian harus mempunyai mimpi. Tanpa mimpi, seorang tidak akan hidup.” Ujar mahasiswa yang telah menelurkan banyak karya tersebut. Dalam sesi pertama tersebut, Mas Daruz, sapaan akrabnya, memberikan kesempatan kepada para peserta untuk membuat sebuah paragraf yang telah ditentukan ketentuannya. Alhasil, salah seorang anggota CSSMoRA angkatan 2013, Maftuchah, berhasil mendapatkan buku karya Mas Daruz beserta tanda tangannya, berkat paragrafnya yang dinilai bagus.
Setelah sesi pertama, acara diteruskan ke sesi kedua, yang membahas mengenai kepenulisan non-fiksi. Sesi kedua diisi oleh salah seorang jurnalis dan penulis novel Haji Backpacker, Aguk Irawan. Materi yang diberikan olehnya yakni tulisan-tulisan yang tercakup dalam ranah non-fiksi, yakni artikel, essay, maupun opini. Dalam penyampaian materinya, novelis terkenal tersebut juga memberikan masukan-masukan, serta motivasinya agar para peserta termotivasi untuk terus menulis dan berkarya. “Dalam menulis itu, 90% merupakan motivasi, sedangkan 10 % sisanya hanyalah teknik. Tanpa motivasi yang besar, seorang penulis akan susah menggerakkan penanya di kertas meskipun sudah memiliki ilmu kepenulisan yang luas dan teknik yang bagus.” Ujar penulis buku Peci Miring tersebut.
Di sela-sela sesi tersebut, para peserta juga diminta untuk menuliskan dua buah tulisan, yaitu fiksi dan non-fiksi. Dalam secarik kertas tersebut, para peserta menuliskan gagasan, ide-ide, maupun imajinasi mereka dengan mengandalkan materi yang telah disampaikan sebelumnya.

Terakhir, acara tersebut ditutup dengan poto bersama antara peserta, panitia, dan juga Pak Aguk Irawan. (Ahn)