Pengikut

CSSMoRA

CSSMoRA merupakan singkatan dari Community of Santri Scholars of Ministry of Religious Affairs, yang berarti Komunitas Santri Penerima Beasiswa Kementrian Agama

SARASEHAN

Sarasehan adalah program kerja yang berfungsi sebagai ajang silaturahimi antara anggota aktif dan anggota pasif CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Pesantren

Para santri yang menerima beasiswa ini dikuliahkan hingga lulus untuk nantinya diwajibkan kembali lagi mengabdi ke Pondok Pesantren asal selama minimal tiga tahun.

Sabtu, 18 Agustus 2018

Refleksi Kemerdekaan Indonesia Ke-73 Apakah Indonesia Sudah Benar-Benar Merdeka?


Oleh: Febrian Candra Wijaya



Jumat 17 Agustus 2018 Indonesia merayakan ulang tahunnya yang ke-73. Tiga setengah abad bukanlah waktu yang singkat bagi Republik Indonesia ini untuk berjuang terbebas dari cengkraman penjajah. Perjuangan para founding fathers untuk mencapai sebuah kata “merdeka” mesti dibayar dengan mahal. Segenap tumpah darah serta semangat persatuan dan kesatuan menyatukan tekad mereka. Hingga akhirnya 17 Agustus 1945 menjadi puncak perjuangan dengan deklarasi pembacaan proklamasi sebagai tanda bahwa Indonesia telah merdeka.
Usia 73 bukanlah angka sedikit. Perjalanan setengah abad lebih itu telah menghasilkan banyak catatan yang menorehkan tinta emas. Pun demikian juga masih banyak kekurangan dalam rentetan cerita sejarah Indonesia. Karena bagaimanapun kelebihan dan kekurangan mesti ada dalam segala sesuatu, termasuk Indonesia.
            Semangat persatuan dari para pendahulu yang berjuang mati-matian inilah agaknya menjadi senjata terampuh yang harus dijaga sampai akhir nanti. Satu strategi besar yang mampu membuat hengkang para kaum kolonialis dari bumi pertiwi. Sebagai generasi penerus, sudah menjadi kewajiban setiap elemen bangsa untuk senantiasa menjaga rasa persatuan. Tak lain dan tak bukan tujuannya adalah untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Namun, akhir-akhir ini banyak ditemukan pada media, terlebih media digital tentang berita-berita yang menjerumuskan pada perpecahan. Berbagai isu yang beredar mengakibatkan pada saling caci dan hujat. Mulai dari isu agama sampai ras dihembuskan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Apalagi di tahun politik menjelang pemilihan presiden 2019.
Tak hanya disitu, salah satu masalah yang ‘terbesar’ adalah segelintir orang mengatakan bahwa Indonesia adalah Thaghut. Pancasila dianggapnya sebagai kafir. Demokrasi pun tak luput dari hujatan. Berbagai usaha dilakukan untuk menggulingkan pemerintah yang sah dan hendak mengganti dengan sistem yang mengatasnamakan suatu golongan tertentu yaitu Islam.
Menafikan kebhinekaan ibarat mencabut ruh Indonesia. Mengingat masyarakat indonesia adalah heterogen. Maka akan menjadi problem tatkala menerapkan sebuah sistem yang menonjolkan sebuah kelompok dan tidak dengan lainnya. Tak tanggung-tanggung, perpecahan akan sangat rawan dalam kondisi seperti tersebut.
Lebih jauh, bahwa berdirinya bangsa yang besar ini bukan hanya dari keringat satu golongan saja. Akan sangat tidak adil jika memaksa menerapkan sistem tersebut. Pun juga harus disadari bahwa sistem itu hanyalah sebuah alat. Dalam artian alat tak bisa menghasilkan apa-apa jika yang menjalankan tidak serius dan sungguh-sungguh serta cermat.
Kaitannya kali ini, generasi muda mempunyai tanggung jawab yang besar dalam laju perjalanan Indonesia ke depan. Baik buruknya negara sangat dipengaruhi oleh generasi penerus yang akan menjadi tampuk roda. Sehingga sangat miris ketika melihat calon-calon penerus terjebak dalam kubangan kebodohan, kemerosotan mental serta moral.
Inilah sebenarnya masalah terbesar yang di hadapi oleh bangsa Indonesia. Di satu lini, ada yang berusaha menggerogoti dasar-dasar negara dan ingin menggantinya. Sedangkan lini lainnya dengan rusaknya generasi penerus bangsa yang membuat roda tak bisa berputar dengan maksimal.
Maka tak ayal jika pertanyaan “Apakah Indonesia sudah benar-benar merdeka?” sampai muncul ke permukaan. Ataukah hanya kemerdekaan terbebas dari belenggu penjajah saja? Tidak dengan kebodohan dan kemerosotan mental dan moral?. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini muncul bukan tanpa dasar. Sebuah respon terhadap fenomena yang ada dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Momentum memperingati kemerdekaan mesti menjadi salah satu cambuk serta memotivasi seluruh elemen bangsa agar senantiasa mengisi serta menjaga keutuhan negara Indonesia. Semangat persatuan dan kesatuan harus dipupuk subur dan ditanamkan kepada generasi penerus. Begitupun dengan semangat nasionalisme, harus ditancapkan kuat-kuat dalam hati. Sudah menjadi kewajiban yang tak dapat dipungkiri.

Selasa, 14 Agustus 2018

CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga Gelar Orientasi Mahasiswa Baru PBSB



Yogyakarta, Sabtu (11/8) telah berlangsung pembukaan Orientasi Mahasiswa Baru PBSB UIN Sunan Kalijaga angkatan XII. Acara yang bertempat di Joglo LSQ ar-Rahmah ini dihadiri oleh pengelola PBSB UIN Sunan Kalijaga, diantaranya Ahmad Mujtaba,   Dr. Saifuddin Zuhri Qudsy S.Th.I., M.A., dan Dr. Afdawaiza, S.Ag, M.Ag. Selain itu, Dr. Ahmad Baidhowi selaku perwakilan dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam turut hadir dalam acara ini.
Orientasi ini berlangsung selama dua hari berturut-turut, yaitu pada Sabtu-Ahad (11-12/8). Hari pertama orientasi, penyampaian materi mengenai PBSB dan ke-CSSMoRA-an serta materi seputar pengenalan kampus. Acara ini diikuti oleh 38 Mahasiswa baru PBSB UIN Sunan Kalijaga. 20 Mahasiswa baru dari prodi Ilmu Alquran dan Tafsir dan 18 Mahasiswa baru dari prodi Ilmu Hadis.
Alfa Puspita, salah satu Mahasiswi baru 2018 mengaku sangat antusias dengan adanya kegiatan ini. "Pemateri yang sangat inspiring bagi kami dan kegiatan yang interesting (menyenangkan) sehingga kami sangat antusias dalam mengikuti setiap seasonnya, dan membangkitkan kami kembali untuk terus berfikir bebas namun positif."
Ahmad Faruq Khaqiqi, selaku ketua panita mengatakan bahwa tujuan diselenggarakannya Orientasi ini adalah sebagai permulaan keakraban mereka dalam kebersamaan yang akan dijalaninya selama menjadi Mahasiswa PBSB UIN Sunan Kalijaga. Juga untuk mengenalkan kepada Mahasiswa baru PBSB UIN Sunan Kalijaga mengenai program ini secara umum. Selain itu, dengan adanya kegiatan ini panitia berharap terjalinnya rasa kekeluargaan dari seluruh Mahasiswa baru PBSB UIN Sunan Kalijaga.
Berlanjut pada hari kedua yakni acara outbound  yang diselenggarakan di Pantai Goa Cemara, Gunung Kidul. Pada kegiatan ini, Mahasiswa baru diajak bermain sambil memperakrab rasa kekeluargaan mereka sebagaimana tujuan awal diadakannya kegiatan ini.  Rangkaian kegiatan ini terdiri dari beberapa agenda. Mulai dari briefeng mengenai agenda yang harus dilaksanakan sampai akhirnya pembagian hadiah.
Kegiatan ini diawali dengan ice breaking yang dipandu oleh Febrian Candra, Mahasiswa PBSB UIN Sunan Kalijaga angkatan 2017. Dilanjutkan dengan beberapa rangkaian games yang telah disiapkan oleh panitia acara. Hingga pembagian hadiah bagi para pemenang pada setiap perlombaan yang ada.
Pada penghujung acara, selain pembagian hadiah juga dilaksankan penutupan acara  oleh Dr. Syaifuddin Zuhri Qudsy,S. Th. I., MA. Dengan demikian acara orientasi ini telah dinyatakan selesai. Para Mahasiswa baru telah dinyatakan bergabung dengan keluarga besar PBSB UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. (Akr)