Yogyakarta - CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga kembali menunjukan prestasi. Salah satu anggotanya menjadi presenter dalam International Conference on Interdisciplinary Gender Studies (ICGS), yaitu Mas'udah. Acara ini merupakan event terbesar yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Gender dan Anak (SPGA), bekerja sama dengan LPPM IAIN Kudus dan Diktis Kemenag. Event yang dilaksanakan di Kudus ini berlangsung selama dua hari, tepatnya tanggal 23 hingga 24 Oktober. Namun ada kegiatan tambahan yang dilaksanakan pada 25 Oktober, yaitu City Tour: Kartini Gathering ke Museum Kartini, Jepara. Acara bersifat pilihan, masing-masing peserta dipersilakan memperpanjang penginapannya secara mandiri.
Tahun 2019 ini adalah tahun ketiga diadakan ICGS. Acara ini bertemakan Building Word Harmony in The Great Disruption Age. Tahun 2017 lalu, tema yang diusung adalah Reinventing Women Leadership in Local Context Toward Global Impact. Sedangkan tahun 2018 mengangkat tema Kontra Radikalisme dan Moderasi dalam Beragama.
Jarak waktu antara tenggat waktu pengumpulan dan info call paper yang hanya dua minggu tidak mengurangi minat partisipasi publik. Acara ini justru berhasil menarik perhatian lebih dari 100 peserta. Seratus peserta ini terdiri dari peneliti, mahasiswa strata satu, mahasiswa pascasarjana, dosen, hingga wakil rector. Paper yang dikumpulkan tidak serta-merta bisa lolos kemudian presentasi, akan tetapi diseleksi hingga menyisakan 60 peserta.
Berangkat dari kegelisahan mengenai sosok perempuan di lingkungan pesantren yang kurang begitu mendapat kebebasan layaknya laki-laki, Mas'udah mengangkat judul Perempuan Pesantren dan Kontribusinya terhadap Pendidikan Perempuan (Telaah Pemikiran Nyai Khairyah Hasyim Asy'ary). Ia ingin menyampaikan, bahwa terdapat istilah Bu Nyai, Ning, Abdi Ndalem, dan santri PR. Meskipun mereka mumpuni dalam hal keilmuan, tetapi mereka tidak menonjol dan kurang diperhitungkan. Oleh karenanya, ia mencoba memunculkan kembali pemikiran Nyai Khairiyah. Putri dari Kyai Hasim Asy'ariy ini tidak hanya berhasil mengembangkan Pondok Pesantren Putri Seblak Jombang, akan tetapi juga mendobrak pendidikan perempuan Saudi Arabia dengan berdirinya Madrasah Kuttabul Banat pada 1942.
Reaksi: |
0 komentar:
Posting Komentar