Anggota CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta kembali menoreh prestasi dalam bidang akademik. Pada event Muktamar Pemikiran Santri yang diselenggaran pada 28-30 September lalu, tiga delegasi CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menjadi presentator dalam acara yang diselenggarakan oleh Kemenag tersebut. Mereka adalah Muhammad Rafi, Andi Rosyidin, dan Nuzul Fitriansyah. Muktamar Pemikiran Santri ini merupakan rangkaian acara dari berbagai acara yang diselenggarakan Kemenag RI dalam rangka menyambut Hari Santri yang jatuh pada tanggal 22 Oktober. Adapun tema acara yang diusung tahun ini adalah Santri Mendunia: Tradisi, Eksistensi, dan Perdamaian Global.
Acara Muktamar Pemikiran Santri yang berlangsung selama tiga hari dan bertempat di Pondok Pesantren Ash-Shiddiqiyah, Jakarta Barat. Rangkaian acara pada event ini pun beraneka ragam, dimulai dari Malam Kebudayaan Pesantren dengan mengusung tema: Ngopi, Ngaji, Ngomedi, sampai acara perkumpulan Ma’had Aly seluruh Indonesia dan presentasi paper bagi peserta yang lolos seleksi sebagai acara inti.
Sebelum menjadi presentator di acara tersebut, tentunya mereka telah melalui berbagai tahapan seleksi, yaitu mengirimkan paper terkait tema yang telah ditentukan oleh Kemenag. Adapun beberapa sub temanya; (1) Santri dan Wajah Ramah Pesantren di Dunia, (2) Pedagogi Pesantren dan Perdamaian Dunia, (3) Modalitas Pesantren dalam Mewujudkan Perdamaian Dunia (Pesantren’s Capitals In Promoting Peaceful), (4) Pesantren dan Resolusi Konflik, (5) Santri, Cyber War, dan Soft Literacy, (6) Akar Moderasi dan Perdamaian (As-silm) dalam Tradisi Kitab Kuning, (7) Kesusastraan dan Pesan Damai Pesantren. Dari beberapa sub tema ini terdapat 560 paper yang kemudian diseleksi lagi menjadi 126 paper terpilih untuk dipresentasikan.
Dari beberapa sub tema di atas, Pedagogi Pesantren dan Pedamaian menjadi sub tema yang dipilih oleh salah satu delegasi dari CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga, yaitu Nuzul Fitriansyah. Ia mengatakan bahwa ia sangat senang dan bersyukur bisa mengikuti event ini, karena bisa bertemu dengan santri-santri dari seluruh Indonesia dan bisa menyumbang sedikit pemikiran terkait dengan peran pesantren dalam menyebarkan Islam yang ramah kepada dunia serta menunjukkan bahwasanya pesantren bisa mewujudkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Nuzul juga memberikan motivasi kepada kita bahwa sebenarnya kita tidak harus terpaku dalam bidang tulis-menulis. Ia berpesan agar kita melakukan segala sesuatu berdasarkan passion masing-masing. Walaupun, akademisi memang harus menulis, tetapi lebih baik menjalankan satu hal yang sesuai dengan passion. Karena sesuatu yang dijalani dengan rasa suka dan cinta akan menimbulkan hasil yang bagus dan memuaskan.(Efa)*
*Mahasiswi Ilmu Hadis semester tiga
Reaksi: |
0 komentar:
Posting Komentar